Bulan

Standar

Ketika ramadhan menginjak hari kelima belas, sempatkah Anda menengok bulan di atas sana? Saya ingat memandangnya lama ketika bentuknya bulat penuh hari itu. Lalu, selanjutnya bentuknya semakin melonjong dan gepeng, dan akhirnya semakin mengurus membentuk sabit pada hari-hari belakangan ini.

Bulan ini akan segera berlalu dan bulan baru akan datang. Demikianlah Allah menunjukkan kepada manusia tentang waktu yang berlalu dan bergerak.

Bulan bagi umat Islam adalah penentu waktu. Allah menjelaskan hal ini dalam berbagai ayat.

9:36

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram . Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu,dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa”. (QS. 9:36)

10:5

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat kedudukan bulan), supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq (benar). Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”. (QS. 10:5).

Mereka bertanya kepadamu tentang hilal (bulan sabit). Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah penentu waktu bagi manusia dan (bagi penentuan waktu ibadah) haji. (QS 2:189).

Setiap malam Jumat, banyak jamaah di masjid merutinkan membaca surah Yaasin. Jika bacaan tersebut diikuti dengan pemahaman artinya, maka akan ditemukanlah penjelasan Allah tentang bulan yang berubah bentuk. Sebagaimana ayat berikut ini:

“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya” (QS. 36:39-40).

Penciptaan bulan dengan metamorfosis demikian berakibat pada perubahan alam yang terjadi di muka bumi. Ketika bulan dalam kondisi purnama, air laut naik berikut makhluk-makhluk yang ada di dalamnya. Maka bergeraklah nelayan ke laut untuk menangkapi ikan-ikan. Ketika bulan bercahaya penuh, Allah memudahkan para pelayar mengarungi lautan, para kafilah menyeberangi gurun pasir, dan para pengelana yang mengarungi buminya.

Renungan hari keduapuluh…..

 

Satu pemikiran pada “Bulan

  1. Ping balik: Bulan « Berguru

Tinggalkan komentar