Mengharapkan Kebaikan

Standar

Suatu kali teman baik saya mengeluhkan mantan dosennya yang tidak juga membantunya agar urusannya segera tuntas. Dalam keluh kesahnya, dia sempat menyebut-nyebut jasa baik yang pernah dia lakukan untuk si dosen.

Kadang-kadang kita lupa pada Yang Maha Mengatur bagaimana sebuah kebaikan dibalas dengan kebaikan. Bahwa Allah SWT sudah menjanjikan kebaikan itu akan dianugerahi kebaikan yang lebih baik, dan kita sebagai hambaNYa memahami hal tersebut sebagai persamaan matematika yang linier. Oleh karenanya, acapkali kita merasa tidak puas dan menuduh Allah tidak adil, tatkala balasan kebaikan itu tidak kunjung datang.

Perlu dipahami bahwa kebaikan yang kita kerjakan akan berbuah kebaikan yang lebih baik jika itu dilakukan dengan keikhlasan, tidak melanggar syariah agama, dan tentu saja memiliki maksud mendapatkan ridho Allah. Jadi, hubungan pernyataan di atas bukan hubungan yang linier, tetapi hubungan yang sangat kompleks.

Kadangkala manusia juga mempersalahkan Allah atas kondisi yang ternyata tidak berlaku linier atau justru di luar jangkauan pikir manusia. Misalnya, orang yang secara kasat mata kita anggap tidak ikhlas, ternyata mendapatkan kebaikan berlebih. Logika berpikir manusia yang sederhana tidak mampu memahami fakta ini.

Lalu bagaimana sebaiknya ketika manusia berbuat?

Janganlah menggurui Allah dengan menempatkan perbuatan baik kepada hambaNya sebagai upaya untuk mendapatkan balasan kebaikan. Tetapi bantulah orang lain karena itu dia memang selayaknya dibantu, dan itu adalah anjuran agama.

Wataawanuu alal birri wattaqwa

(Dan saling tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan)

Jika pemahaman tentang perbuatan kebaikan diterima dengan baik, maka niscaya niat berbuat baik pun akan lurus. Artinya kebaikan dilakukan bukan agar mendapatkan perlakuan serupa dari orang yang kita bantu. Analognya sama saja dengan semangat kerja yang tinggi bukan untuk mengharapkan pujian dari atasan atau,atau gaji yang lebih, tetapi semata karena memang sudah tanggung jawab kita untuk bekerja dengan kesungguhan.

Wallahu a’lam bisshawab

Renungan hari pertama ramadhan 1434 H

Tinggalkan komentar