Menahan Amarah

Standar

Puasa sudah berjalan mendekati hari keduabelas, adakah perubahan berarti dalam diri kita?

Saya, hampir sama dengan orang lain yang belum mampu menahan amarah, belum mampu berhenti dari menggunjing, belum rutin memperbanyak ibadah, sebagaimana sahabat yang menghabiskan hari-harinya di masjid. Lanjutkan membaca

Itu karena saya

Standar

“Itu karena saya….”

Kalimat itu sering kita dengar, keluar secara tak atau disengaja. Orang yang memiliki jabatan atau otoritas, terkadang mengucapkannya dengan lumrah untuk menyebut-nyebut jasa baik atau tindakan kebaikannya terhadap si lemah.

Mengungkapkannya secara dzahir adalah bentuk kesombongan yang nyata, sementara menyembunyikannya dalam hati (tidak diungkapka dalam perkataan) adalah kesombongan yang tersembunyi. Namun keduanya tetaplah kesombongan.

Si A bisa lulus dalam waktu yang singkat….itu karena saya !
Si B bisa menjadi pegawai di sini, …itu karena saya!
Si C bisa menang tender……lagi-lagi itu karena membawa nama saya

Sebaliknya, tatkala terjadi kekacauan, keberingasan, dan ketidakpuasan, maka pecundang akan mengatakan , “Itu bukan karena saya”

Alangkah terpujinya apabila kita dengan ikhlas mengatakan, “Itu karena Allah”, tatkala sebuah kebajikan telah terlaksana oleh tangan ini.

Bukankah Allah sudah menyatakan dengan jelas dalam QS Al-Insan : 76?

“Apa yang kamu kehendaki, (tidak dapat terlaksana) kecuali dengan kehendak Allah”

Renungan hari ketiga Ramadhan 1434 H

Menempati Rumah Baru

Standar

Alhamdulillah, setelah menunggu cukup lama, saya akhirnya diberi amanah oleh Allah untuk memiliki rumah. Sekalipun kecil, tetapi sudah sangat memadai untuk saya. Tanggal 2 Juli, saya pulang dari Jepang, dan hari Ahad, 7 Juli saya mulai menempati rumah tersebut. Lanjutkan membaca

Kuesioner Akhir Ramadhan

Standar

Jika bukan besok, maka lebaran di tanah air akan jatuh tanggal 31 Agustus 2011. Melewati rumah-rumah di kompleks kami sore ini tercium bau harum penganan lebaran. Saya pun di rumah, setelah 6 kali berturut-turut tidak berlebaran di tanah air, kali ini bersama mamak dan kakak, saya ikut menyiapkan makanan khas suku kami, Bugis. Dulu ketika masih ada Bapak, beliau pun selalu membantu membungkus dan mengikat burasa. Beliau sangat ahli dalam pembuatan burasa, penganan dari beras yang sering dimakan dengan semur ayam. Lanjutkan membaca

Sederhana ketika kaya

Standar

Kehidupan para pembesar di tanah air, orang kaya yang dilimpahkan rizki oleh Allah kepadanya sungguh membuat iri kaum dhuafa yang kecil hatinya. Bahkan seperti ada perlombaan kekayaan di antara mereka. Lalu kapankah hidup sederhana harus dimulai? Lanjutkan membaca

Memberi dengan cara yang baik

Standar

Layar TV di tanah air belakangan ini tidak pernah sepi dengan tayangan kerumunan para penerima zakat di rumah orang-orang kaya. Mereka berdesakan, anak-anak kecil menangis tergencet, wanita-wanita saling dorong dan teriak. Sungguh sebuah pemandangan yang menyedihkan. Lanjutkan membaca

Penentang Allah

Standar
Apakah kita tergolong sebagai manusia yang selalu menentang Allah? Kadang kala tidak menyadari bahwa kita telah melangkah sebagai seorang penentang kekuasaanNya. Sebab sejatinya mudah sekali manusia menjadi takabur (sombong). Lanjutkan membaca