“Itu karena saya….”
Kalimat itu sering kita dengar, keluar secara tak atau disengaja. Orang yang memiliki jabatan atau otoritas, terkadang mengucapkannya dengan lumrah untuk menyebut-nyebut jasa baik atau tindakan kebaikannya terhadap si lemah.
Mengungkapkannya secara dzahir adalah bentuk kesombongan yang nyata, sementara menyembunyikannya dalam hati (tidak diungkapka dalam perkataan) adalah kesombongan yang tersembunyi. Namun keduanya tetaplah kesombongan.
Si A bisa lulus dalam waktu yang singkat….itu karena saya !
Si B bisa menjadi pegawai di sini, …itu karena saya!
Si C bisa menang tender……lagi-lagi itu karena membawa nama saya
Sebaliknya, tatkala terjadi kekacauan, keberingasan, dan ketidakpuasan, maka pecundang akan mengatakan , “Itu bukan karena saya”
Alangkah terpujinya apabila kita dengan ikhlas mengatakan, “Itu karena Allah”, tatkala sebuah kebajikan telah terlaksana oleh tangan ini.
Bukankah Allah sudah menyatakan dengan jelas dalam QS Al-Insan : 76?
“Apa yang kamu kehendaki, (tidak dapat terlaksana) kecuali dengan kehendak Allah”
Renungan hari ketiga Ramadhan 1434 H